MAKALAH KI HAJAR DEWATARA
Assalamualaikum Wr. WB.
Masih semangat belajar gak nih :D, asya harap masih semangat semua. Mohon maaf seblumnya kalau admin jarang aktif di blog karena ya kesibekan belajar yang harus saya penuhi. Ok kali ini saya akan membahas tentang makalah Bapak Pendidikan Nasional, tidak lain dan tidak bukan adalah KHD (Ki Hajar Dewantara) berikut adalah beberapa poin yang menurut saya penting di dalam kehidupan KHD.
1. Identitas umum tokoh
Nama : KH. Dewantara
Nama lahir : Raden Mas Soewardi Soeryaningrat
Tempat tanggal lahir : Yogjakarta, 2 Mei 1889
Tempat tanggal meninggal : 26 April 1959 (pada umur 70 tahun)
Profesi : tokoh pendidikan
Agama : Islam
Nama ibu : tidak diketahui
Nama ayah : Suryaningrat, putra Paku Alam III
1.1. Latar belakang keluarga
Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.
1.2. Latar belakang pendidikan
Ki Hadjar Dewantara menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) dan kemudian melanjutkan sekolahnya ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) tapi lantaran sakit, sekolahnya tersebut tidak bisa dia selesaikan.
Ki Hadjar Dewantara kemudian bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, Ki Hadjar Dewantara dikenal penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.
1.3. Latar belakang kondisi masyarakat
Ketika pemerintah Hindia Belanda berniat mengumpulkan sumbangan dari pribumi, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis pada tahun 1913, timbul reaksi dari kalangan nasionalis, termasuk Ki Hajar Dewantara. Kemudian ia menulis Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu. Akibat tulisan ini ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka (atas permintaan sendiri). Namun, Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda pada tahun 1913. Ketiga tokoh ini dikenal sebagai "Tiga Serangkai".
Dalam pengasingan di Belanda, Ki Hajar Dewantara aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging). Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya.
2. Karya yang dibuat
2.1. Karya KH Dewantara
Mendirikan Perguruan Taman Siswa
Pada tahun 1919, Ki Hajar Dewantara kembali ke Indonesia dan bergabung dalam sekolah binaan dari saudaranya. Menjadi guru di sekolah tersebut membuatnya mempunyai pengalaman mengajar yang kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang akan dia dirikan
Pada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan sebuah sekolah Perguruan Nasional Taman Siswa (National Onderwijs Institut Taman Siswa). Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada pribumi agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Namun kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut.
Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan), menjadi slogan Kementrian Pendidikan Nasional.
2.2. Mengapa ingin membuat karya
Sekolah Taman Siswa didirikan pada tanggal 3 juli 1922, dan merupakan bentuk perjuangan dalam bidang kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang beracuan pada pendidikan untuk mencapai cita-citanya. Tujuan didirikannya taman siswa ini adalah bukan semata-mata hanya untuk pendidikan tapi mewujudkan manusia yang merdeka lahir dan batin. Merdeka lahir yang dimaksud disini adalah bebas dari penjajahan baik secara fisik, ekonomi politik dsb, sedangkan kemerdekaan batin artinya berkemampuan untuk mengendalikan suatu keadaan.
Pendidri taman siswa adalah Raden Mas Soewardi Soeryaningrat dan lebih dikenal dengan Ki Hajar Dewantara. Pada waktu itu beliau bertekad untuk berjuang bagi bangsa Indonesia dengan mendidik para pemudanya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, merdeka lahir batih, luhur budi pekertinya serta cerdas dan dibekali ketrampilan. Dan tujuan adanya taman siswa sejalan dengan pendidikan nasional indonesia.
Karena ketidakpuasan Ki Hajar Dewantara dengan sistem pendidikan yang diajarkan oleh pemerintah kolonial pada waktu itu maka ide untuk memajukan pendidikan untuk rakyat Indonesia muncul. Pemerintah kolonial tidak memberikan fasilitas yang baik dan memadai dalam hal mendidik terutama bagi daerah jajahannya. Karena kemajuan dan kesejahteraan suatu negara tidak luput dari peran rakyatnya yang cerdas.
Ki Hajar Dewantara berusaha melawan pemerintah kolonial dari politik pengajarannya, dan beliau mengesampingkan revolusioner pada saat itu. Dan perlawanan seperti ini disebut nasionalisme atau paham kebangsaan menuju kemerdekaan. Dan dalam pelaksanaanya taman siswa ini mengikuti garis besar kebudayaan nasional dan mendidik para pemudanya untuk memiliki jiwa kebangsaan.
Dalam sistem pendidikan taman siswa menerapkan sistem among, yaitu bersifat kekeluargaan dan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan. Dan para pendidiknya harus bersedia meluangkan waktu selama 24 jam penuh tiap harinya selayaknya orang tua yang mendidik anak-anak mereka. Untuk itu berdasarkan cara diberlakukannya maka sistem pengajaran semacam ini di sebut sistem tut wuri handayani yang berorientasi pada anak didik. Jadi dalam sisitem ini lebih mengarah pada bakat atau kemapuan anak dalam bidang apa saja yang positif bukan tergantung pada kemampuan pendidik. Tetapi apabila kemampuan dan keinginan anak melenceng ke hal yang salah dan negative maka pendidik berkewajiban untuk meluruskan mereka ke arah yang benar dan positif. Untuk menyempurnakan sistem ini taman siswa bekerjasama dengan tiga pusat pendidikan yaitu lingkungan keluaraga, lingkungan perguruan dan lingkungan masyarakat. Dan pusat pendidikan antara yang satu dan yang lainya haruslah berkoodinasi sehingga saling menyempurnakan antara satu dan yang lainnya. Sistem pendidikan semacam ini disebut sistem pendidikan trisentra pendidikan atau sistem tripusat pendidikan.
Ciri-ciri pendidikan taman siswa adalah pancadarma, yaitu kodrat alam biasa disebut sunatulloh, kebudayaan (ini menerapkan teori trikon), kemerdekaan (sangat bergantung pada potensi dan minat masing-masing individu atau kelompok), kebangsaan(walaupun berbeda-beda suku tapi harus satu), dan yang terakhir adalah kemanusiaan yang memperhatikan martabat setiap orang.
2.3. Manfaat karya
Taman siswa telah berhasil menemukakan gagasan tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari Taman indria sampai Sarjana Wiyata. Taman siswa pun telah melahirkan alumni alumni besar di Indonesia.
3. Dinamika dan tantangan
3.1. Masalah apa yang dihadapi
Ki Hajar Dewantara oleh Pemerintah Kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg pernah dijatuhkan hukum buang (internering) Belanda tanpa proses pengadilan karena Ki Hajar Dewantara mengecam lewat karangannya karena Belanda ingin merayakan seratus tahun kebebasan Belanda dari Perancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya.
3.2. Pemecahan masalah
Di tanah air Ki Hadjar Dewantara semakin mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan. Bersama rekan-rekan seperjuangannya, dia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional yang diberi nama Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa (Perguruan Nasional Taman Siswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932.
Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut. Selama mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Kegiatan menulisnya ini terus berlangsung hingga zaman Pendudukan Jepang.
Saat Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar ditunjuk untuk menjadi salah seorang pimpinan bersama Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur. Setelah kemerdekaan Indonesia berhasil direbut dari tangan penjajah dan stabilitas pemerintahan sudah terbentuk.
Ki Hadjar Dewantara dipercaya oleh presiden Soekarno untuk menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Melalui jabatannya ini, Ki Hadjar Dewantara semakin leluasa untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pada tahun 1957, Ki Hadjar Dewantara mendapatkan gelar Doktor Honori Klausa dari Universitas Gajah Mada.
Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, tepatnya pada tanggal 28 April 1959 Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Kini, nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959.
Ajarannya yakni tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan) akan selalu menjadi dasar pendidikan di Indonesia.
4. Hikmah
4.1. Bagi masyarakat
masyarakat saat ini dapat menikmati sistim pendidikan saat ini berkat KH Dewantara, Karena beliaulah sistem penidikan di Indonesia menjadi lebih baik bahkan dapat menyejahtekan rakyat masa itu karena dapat menyekolahkan banyak anak yang tidak mampu. Sebagian besar penduduk di Indonesia mayoritas adalah umat islam, seharusnya kita patut mengapresiasi perjuangan Bapak Pendidikan ini, karena karena beliaaulah kita dapat memperoleh pendidikan yang memadai karena itu merupakan hal yang menentukan masa depat negara, karena pendidikan yang baik segaris dengan negara yang baik (bagus) pula.
4.2. Bagi pribadi
Saya sangat bangga dengan beliau, karena beliau merupakan orang yang pantang menyerah dengan segala ujian yang datang menghadang. Beliau juga memiliki impian setinggi langit yang beliau wujudkan dengan kerja keras dan pantang menyerah, saya salut dengan kegigihan dan kerja keras beliau, dan juga semangat pantang menyerah, beliau merupakan sosokyang patut diconto menurut saya, dan beliau merupakan sosok yang patut diberi apresiasi dengan semua karyanya yang begitu banyak, yang saya lampirkan diatas hanya beberapa karya dari beliau. Kalian dapat mencari karya beliau di internet.
Mungkin itu saja point yang penting dari kehidupan KHD untuk lebih lengkapnyabisa dicari di beberapa web di GOOGLE, terimakasih atas kunjungan di blog ini kalau ada pertanyaan atau ingin request beberapa artikel bisa comen di bawah, sekian dari saya, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar